KUMPULAN MAKALAH, SKRIPSI, & TIPS DAN TRIK

Download Kumpulan Makalah Gratis, Kumpulan Skripsi Gratis, Kumpulan Proposal Skripsi Gratis, Kumpulan Paper Gratis, Kumpulan Kliping Gratis, Kumpulan Makalah Pendidikan, Kumpulan Makalah Teknik Informatika, Kumpulan Makalah Sosiologi, Kumpulan Makalah Ekonomi, Kumpulan Makalah Ilmu Pengetahuan

Download Kumpulan Makalah Gratis, Kumpulan Skripsi Gratis, Kumpulan Proposal Skripsi Gratis, Kumpulan Paper Gratis, Kumpulan Kliping Gratis, Kumpulan Makalah Pendidikan, Kumpulan Makalah Teknik Informatika, Kumpulan Makalah Sosiologi, Kumpulan Makalah Ekonomi, Kumpulan Makalah Ilmu Pengetahuan

PENGERTIAN AGAMA ISLAM


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebagai agama terakhir, islam diketahui memiliki karakteristik yang khas dibandingkan dengan agama-agama yang datang sebelumnya. Melalui leteratur yang berbicara tentang islam dapat di jumpai uraian mengenai agama Islam, sumber dan ruang lingkup ajarannya serta cara untuk memahaminya. Dalam upaya memahami ajaran Islam, berbagai aspek yang berkenaan dengan Islam itu perlu dikaji secara seksama, sehingga dapat dihasilkan pemahaman Islam yang komprehensif. Hal ini penting dilakukan, karena kualitas pemahaman keislaman seseorang akan mempengaruhi pola pikir, sikap dan tindakan keislaman yang besangkutan kita barang kali sepakat terhadap kualitas keislaman seseorang yang benar-benar Koprehensif dan berkualitas untuk itu maka uraian diabawah ini diarahkan untuk mendapatkan hasil pemahaman tentang Islam yang demikian itu.


BAB II
PEMABAHASAN
A. Pengertian Agama Islam
Ada dua sisi yang dapat kita gunakan untuk memahami penertian agama Islam, yaitu sisi kebahasaan dan sisi peristilahan. Kedua sisi pengertian tentang Islam ini dapat dijelaskan sebagai berikut.
Dari segi kebahasaan Islam berasal dari bahasa arab yaitu dari kata salima yang mengandung arti selamat, sentosa dan damai. Dari kata salima selanjutnya diubah menjadi bentuk Aslama yang berarti berserah diri masuk dalam kedaimaian.
Sebada dengan pendapat diatas, sumber lain mengatakan bahwa Islam berasal dari bahasa arab, terambil dari kata salima yang berarti selamat sentosa. Dari asal kata itu dibentuk kata aslama yang artinya memelihara dalam keadaan selamat sentosa, dan berarti pula menyerahkan diri, tunduk, patuh dan taat. Aslama itulah yang menjad kata Islam yang mengandung arti segala arti yang terkandung dalam arti pokoknya. Oleh sebab itu orang yang berserah diri, patuh dan taat disebut sebagai seorang muslim. Orang yang demikian berarti telah menyatakan dirinya taat, menyerahkan diri dan patuh kepada Allah SWT. Orang tersebut selanjutnya akan dijamin keselamatannya didunia dan akhirat.
Dari pengertian kebahasaan ini, kata islam dekaat dengan arti kata Agama yangh berarti menguasai, menundukkan, patuh, hutang, belasan dan kebiasaa. Senada dengan itu Nurcholis Madjid berpendapat behwa sikap pasrah kepada tuhan adalah merupakan hakekat dari pengertian Islam. Sikap ini tidak saja merupakan ajaran tuhan kepada hambanya, tetapi ia di ajarkan olehnya dengan disangkutkan kepada alam manusia itu sendiri. Dengan kata lain ia diajarkan sebagai pemenuhan alam manusia, sehingga pertumbuhan perwujudannya pada manusia selalu bersifat dari dalam, tidak tumbuh, apalagi dipaksakan dari luar, karena cara yang demikian menyebabkan Islam tidak otentik, karena kehilangan demensinya yang paling mendasar dan mendalam, yaitu kemurnian dan keikhlasan.
B. Pengertian Tasawuf
Dari segi kebahasaan (Linguistik) terdapat sejumlah kata atau istilah yang dihubungkan dengan tasawuf. Harun Nasution misalnya menyebutkan lima istilah yang berhubungan dengan tasawuf, yaitu Al- Suffafh (ahl al-suffah) yaitu orang yang ikut pindah dengan nabi dari mekkah kemadinah, saf, yaitu barisan yang dijumpai dalam melaksanakan shalat berjema’ah, sufi yaitu bersih dan suci, sophos (bahasa yunani: hikmah), dan suf (kain wal kasar).
Jika diperhatikan secara seksama, nampak kelima istilah tersebut bertemakan tentang sifat-sifat dan keadaan yang terpuji, kesederhanaan dan kedekatan dengan tuhan. Kata ahl al-suffah misalnya menggambarkan keadaan orang yang mencurahkan jiwa raganya, harta benda dan lain sebagai hanya untuk Allah. Meraka meninggalkan kampung halamannya, rumah, kekayaan, harta benda dan sebagainya yang ada dimekkah untuk ditinggalkan karena ikut hijrah bersama nabi kemadinah. Tidaklah mungkin hal demikian mereka lakukan. Selanjutnya kata suf yang berarti kain wol yang kasar menggambarkan orang yang hiduunya serba sederhana, tidak mengutamakan kepentingan dunia, tidak mau diperbudak oleh harta yang dapat menjerumuskan dirinya dan membawa ia lupa akan tujuan hidupnya, yakni beribadah kepada Allah. Demikian pula kata sophos yang berarti hikmah juga menggambarkan keadaan orang yang jiwanya senantiasa cendrung kepada kebenaran.
Dengan demikian dari segi kebahasaan tasawuf menggambarkan keadaan yang selalu beroentasi kepada kesucian jiwa, mengutamakan panggilan Allah, berpola hidup sederhana, mengutamakan kebenaran dan rela berkorban demi tujuan-tujuan yang lebih mulya disisi Allah. Sikap demikian pada akhirnya membawa seseorang berjiwa tangguh, memilliki daya tangkal yang kuat dan efektif terhadap berbagai godaan hidup yang menyesatkan. Selain pengertian tasawuf dapat dilihat dari segi kebahasaan sebagaimana tersebut diatas, juga daapt dilihat dari segi istilah. Dalam kaitan ini terdapat tiga sudut pandang yang digunakan para ahli untuk mendefinisikan tasawuf. Pertama, sudut pandang manusia sebagai makhluk terbatas’, kedua sudut pandang manusia sebagai makhluk yang harus berjuang’, dan ketiga sudut pandang manusia sebagai makhluk ber-tuhan.
Jikia dilihat dari sudut pandang manusia sebagai makhluk yang terbatas, maka tasawuf dapat didefinisikan sebagai upaya mensucikan diri dengan cara menjauhkan pengaruh kehidupan dunia dan memusatkan perhatia hanya kepada Allah. Selanjutnya jika sudut pandang yang digunakan adalah pandangan bahwa manusia sebagai makhluk yang harus berjuang, maka tasawuf dapat didefinisikan sebagai upaya memperindah diri dengan akhlaq yang bersumber pada ajaran agama dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dan jika sudut pandang yang digunakan adalah manusia sebagai makhluq ber-tuhan, maka tasawuf dapat didefinisikan sebagai kesadaran fitrah (perasaan percaya kepada tuhan) yang dapat mengarahkan jiwa agar salalu tertuju kepada kegiatan-kegiatan yang dapat menghubungkan manusia dengan tuhan.
Jika ketiga definisi tasawuf tersebut satu dan lainnya dihubungkan, maka segera nampak bahwa tasawuf pada intinya adalah upaya melatih jiwa dengan berbagai kegiatan yang dapat membebaskan diri manusia dari pengaruh kehidupan duniawi, selalu dekat dengan Allah, sehingga jiwanya bersih dan memancarkan akhlaq mulia. Tasawuf secara hakiki memasuki fungsinya dalam menginagtkan kembali siapa ia sebenarnya, yang berarti manusia di bangunkan dari mimpinya yang ia sebut kehidupannya sehari-haridan bahwa jiwanya bebas dari pembatasan-pembatasan penjara khayali egonya itu yang memiliki timbangan obyektif didalam apa yang disebut kehidupan dunia menurut bahasa keagamaan.
Tasawuf atau sufisme adalah salah satu yang diletakkan tuhandi dalam lubuk Islam dalam rangka menunjukkan mungkinnya pelaksanaan kehidupan rohani bagi jutaan manusia yang sejati yang talah berabad-abad mengikuti agama yang diajarkan Al-Qur’an.
Dengan menempatkan pengertian yang proporsional sebagaimana talah disebutan diatas, nampak tasawuf tidak mengesahkan keterbelakangan, kemunduran, atau semacamnya, melainkan justru memperlihatkan ketangguhan jiwa dalam menghadapi berbagai problema hidup yang senantiasa datang silih berganti.
C. Filsafat Islam
Dari segi bahasa, filsafat Islam terdiri dari gabungan kata filsafat dan Islam. Kata filsafat berasal dari kata philo yang berarti cinta, dan kata sophos yang berarti ilmu atau hikmah. Dengan demikian scara bahasa filsafat berarti cinta terhadap ilmu atau hikmah. Dalam hubungan ini al-Syaibani berpendapat bahwa filsafat bukanlah hikmah itu sendiri, melainkan cinta terhadap hikmah dan berusaha mendapatkannya, memusatkan perhatian padanya dan menciptakan sikap positif terhadapnya. Untuk ini ia mengatakan bahwa filsafat berarti mencari hakekat sesuatu, berusaha menautkan sebab dan akibat, dan berusaha menafsirkan pengalaman-pengalaman manusia.
Selanjutnya kata Islam berasal dari bahasa arab aslama, yuslimu islaman yang berarti patuh, tunduk, berserah diri, serta memohon selamat dan sentosa. Kata terebut berasal dari salima yang berarti selamat, sentosa, aman dan damai. Selanjutnya Islam menjadi suatu istilah atau nama bagi agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan tuhan kepada masyarakat manusia melalui Nabi Muahammad SAW sebagai rasul, Islam pada hakikatnya membawa ajaran-ajaran yang bukan hanya mengenai satu segi, tetapi mengenai berbagai segi dari kehidupan manusia. Sumber dari ajaran-ajaran yang mengambil dari berbagai aspek itu ialah Al-Qur’an dan Hadits.
Selanjutnya apakah yang dimaksud dengan filsafat Islam itu ? untuk ini terdapat sejumlah pakar yang mengemukakan pendapatnya. Musa Asy’ari, misalnya, mengatakan bahwa fisafat Islam itu pada dasarnya merupakan medan pemikiran yang terus berkembang dan berubah. Dalam kaitan ini, diperlukan pendekatan historis terhadap filsafat Islam yang tidak hanya menekankan pada studi tokoh, tetapi yang lebih penting lagi adalah memahami proses dialektik pemikiran yang berkembang melalui kajian-kajian tematik atas persoalan-persoalan yang terjadi pada setiap zaman. Oleh karena itu perlu dirumuskan prinsip-prinsip dasar filsafat Islam, agar dunia pemikiran Islam terus berkembang sesuia dengan perubahan zaman. Lebih lanjut Musa Asy’ari berpendapat bahwa filsafat Islam dapat diartikan sebagai kegiatan pemikiran yang bercorak Islami. Islam disini menjadi jiwa yang mewarnai suatu pemikiran. Filsafat disebut Islami bukan bukan karena yang melakukan aktivitas kefilsafatan itu orang yang beragama Islam, atau orang yang berkebangsaan arab atau dari segi obyeknya yang membahas mengenai pokok-pokok keislaman.
D. PENGERTIAN AQIDAH

Nilai suatu ilmu itu ditentukan oleh kandungan ilmu tersebut. Semakin besar dan bermanfaat nilainya semakin penting untuk dipelajarinya. Ilmu yang paling penting adalah ilmu yang mengenalkan kita kepada Allah SWT, Sang Pencipta. Sehingga orang yang tidak kenal Allah SWT disebut kafir meskipun dia Profesor Doktor, pada hakekatnya dia bodoh. Adakah yang lebih bodoh daripada orang yang tidak mengenal yang menciptakannya?
Allah menciptakan manusia dengan seindah-indahnya dan selengkap-lengkapnya dibanding dengan makhluk / ciptaan lainnya. Kemudian Allah bimbing mereka dengan mengutus para Rasul-Nya (Menurut hadits yang disampaikan Abu Dzar bahwa jumlah para Nabi sebanyak 124.000 semuanya menyerukan kepada Tauhid (dikeluarkan oleh Al-Bukhari di At-Tarikhul Kabir 5/447 dan Ahmad di Al-Musnad 5/178-179). Sementara dari jalan sahabat Abu Umamah disebutkan bahwa jumlah para Rasul 313 (dikeluarkan oleh Ibnu Hibban di Al-Maurid 2085 dan Thabrani di Al-Mu'jamul Kabir 8/139)) agar mereka berjalan sesuai dengan kehendak Sang Pencipta melalui wahyu yang dibawa oleh Sang Rasul. Namun ada yang menerima disebut mu'min ada pula yang menolaknya disebut kafir serta ada yang ragu-ragu disebut Munafik yang merupakan bagian dari kekafiran. Begitu pentingnya Aqidah ini sehingga Nabi Muhammad, penutup para Nabi dan Rasul membimbing ummatnya selama 13 tahun ketika berada di Mekkah pada bagian ini, karena aqidah adalah landasan semua tindakan. Dia dalam tubuh manusia seperti kepalanya. Maka apabila suatu ummat sudah rusak, bagian yang harus direhabilitisi adalah kepalanya lebih dahulu. Disinilah pentingnya aqidah ini. Apalagi ini menyangkut kebahagiaan dan keberhasilan dunia dan akherat. Dialah kunci menuju surga.
Aqidah secara bahasa berarti sesuatu yang mengikat. Pada keyakinan manusia adalah suatu keyakinan yang mengikat hatinya dari segala keraguan. Aqidah menurut terminologi syara' (agama) yaitu keimanan kepada Allah, Malaikat-malaikat, Kitab-kitab, Para Rasul, Hari Akherat, dan keimanan kepada takdir Allah baik dan buruknya. Ini disebut Rukun Iman.
Dalam syariat Islam terdiri dua pangkal utama. Pertama : Aqidah yaitu keyakinan pada rukun iman itu, letaknya di hati dan tidak ada kaitannya dengan cara-cara perbuatan (ibadah). Bagian ini disebut pokok atau asas. Kedua : Perbuatan yaitu cara-cara amal atau ibadah seperti sholat, puasa, zakat, dan seluruh bentuk ibadah disebut sebagai cabang. Nilai perbuatan ini baik buruknya atau diterima atau tidaknya bergantung yang pertama. Makanya syarat diterimanya ibadah itu ada dua, pertama : Ikhlas karena Allah SWT yaitu berdasarkan aqidah islamiyah yang benar. Kedua : Mengerjakan ibadahnya sesuai dengan petunjuk Rasulullah SAW. Ini disebut amal sholeh. Ibadah yang memenuhi satu syarat saja, umpamanya ikhlas saja tidak mengikuti petunjuk Rasulullah SAW tertolak atau mengikuti Rasulullah SAW saja tapi tidak ikhlas, karena faktor manusia, umpamanya, maka amal tersebut tertolak. Sampai benar-benar memenuhi dua kriteria itu. Inilah makna yang terkandung dalam Al-Qur'an surah Al-Kahfi 110 yang artinya : "Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shaleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadah kepada Tuhannya."
Perkembangan Aqidah
Pada masa Rasulullah SAW, aqidah bukan merupakan disiplin ilmu tersendiri karena masalahnya sangat jelas dan tidak terjadi perbedaan-perbedaan faham, kalaupun terjadi langsung diterangkan oleh beliau. Makanya kita dapatkan keterangan para sahabat yang artinya berbunyi : "Kita diberikan keimanan sebelum Al-Qur'an"
Nah, pada masa pemerintahan khalifah Ali bin Abi Thalib timbul pemahaman -pemahaman baru seperti kelompok Khawarij yang mengkafirkan Ali dan Muawiyah karena melakukan tahkim lewat utusan masing-masing yaitu Abu Musa Al-Asy'ari dan Amru bin Ash. Timbul pula kelompok Syiah yang menuhankan Ali bin Abi Thalib dan timbul pula kelompok dari Irak yang menolak takdir dipelopori oleh Ma'bad Al-Juhani (Riwayat ini dibawakan oleh Imam Muslim, lihat Syarh Shohih Muslim oleh Imam Nawawi, jilid 1 hal. 126) dan dibantah oleh Ibnu Umar karena terjadinya penyimpangan-penyimpangan. Para ulama menulis bantahan-bantahan dalam karya mereka. Terkadang aqidah juga digunakan dengan istilah Tauhid, ushuluddin (pokok-pokok agama), As-Sunnah (jalan yang dicontohkan Nabi Muhammad), Al-Fiqhul Akbar (fiqih terbesar), Ahlus Sunnah wal Jamaah (mereka yang menetapi sunnah Nabi dan berjamaah) atau terkadang menggunakan istilah ahlul hadits atau salaf yaitu mereka yang berpegang atas jalan Rasulullah SAW dari generasi abad pertama sampai generasi abad ketiga yang mendapat pujian dari Nabi SAW. Ringkasnya : Aqidah Islamiyah yang shahih bisa disebut Tauhid, fiqih akbar, dan ushuluddin. Sedangkan manhaj (metode) dan contohnya adalah ahlul hadits, ahlul sunnah dan salaf.
Bahaya Penyimpangan Pada Aqidah
Penyimpangan pada aqidah yang dialami oleh seseorang berakibat fatal dalam seluruh kehidupannya, bukan saja di dunia tetapi berlanjut sebagai kesengsaraan yang tidak berkesudahan di akherat kelak. Dia akan berjalan tanpa arah yang jelas dan penuh dengan keraguan dan menjadi pribadi yang sakit personaliti. Biasanya penyimpangan itu disebabkan oleh sejumlah faktor diantaranya :
1. Tidak menguasainya pemahaman aqidah yang benar karena kurangnya pengertian dan perhatian. Akibatnya berpaling dan tidak jarang menyalahi bahkan menentang aqidah yang benar.
2. Fanatik kepada peninggalan adat dan keturunan. Karena itu dia menolak aqidah yang benar. Seperti firman Allah SWT tentang ummat terdahulu yang keberatan menerima aqidah yang dibawa oleh para Nabi dalam Surat Al-Baqarah 170 yang artinya : "Dan apabila dikatakan kepada mereka, "Ikutlah apa yang telah diturunkan Allah," mereka menjawab: "(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami." (Apabila mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk."
3. Taklid buta kepada perkataan tokoh-tokoh yang dihormati tanpa melalui seleksi yang tepat sesuai dengan argumen Al-Qur'an dan Sunnah. Sehingga apabila tokoh panutannya sesat, maka ia ikut tersesat.
4. Berlebihan (ekstrim) dalam mencintai dan mengangkat para wali dan orang sholeh yang sudah meninggal dunia, sehingga menempatkan mereka setara dengan Tuhan, atau dapat berbuat seperti perbuatan Tuhan. Hal itu karena menganggap mereka sebagai penengah/arbiter antara dia dengan Allah. Kuburan-kuburan mereka dijadikan tempat meminta, bernadzar dan berbagai ibadah yang seharusnya hanya ditujukan kepada Allah. Demikian itu pernah dilakukan oleh kaumnya Nabi Nuh AS ketika mereka mengagungkan kuburan para sholihin. Lihat Surah Nuh 23 yang artinya : "Dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan penyembahan) Wadd, dan jangan pula Suwa', Yaghuts, Ya'uq dan Nasr."
5. Lengah dan acuh tak acuh dalam mengkaji ajara Islam disebabkan silau terhadap peradaban Barat yang materialistik itu. Tak jarang mengagungkan para pemikir dan ilmuwan Barat serta hasil teknologi yang telah dicapainya sekaligus menerima tingkah laku dan kebudayaan mereka.
6. Pendidikan di dalam rumah tangga, banyak yang tidak berdasar ajaran Islam, sehingga anak tumbuh tidak mengenal aqidah Islam. Pada hal Nabi Muhammad SAW telah memperingatkan yang artinya : "Setiap anak terlahirkan berdasarkan fithrahnya, maka kedua orang tuanya yang meyahudikannya, menashranikannya, atau memajusikannya" (HR: Bukhari).
7. Apabila anak terlepas dari bimbingan orang tua, maka anak akan dipengaruhi oleh acara / program televisi yang menyimpang, lingkungannya, dan lain sebagainya.
8. Peranan pendidikan resmi tidak memberikan porsi yang cukup dalam pembinaan keagamaan seseorang. Bayangkan, apa yang bisa diperoleh dari 2 jam seminggu dalam pelajaran agama, itupun dengan informasi yang kering. Ditambah lagi mass media baik cetak maupun elektronik banyak tidak mendidik kearah aqidah bahkan mendistorsinya secara besar-besaran.

Tidak ada jalan lain untuk menghindar bahkan menyingkirkan pengaruh negatif dari hal-hal yang disebut diatas adalah mendalami, memahami dan mengaplikasikan Aqidah Islamiyah yang shahih agar hidup kita yang sekali dapat berjalan sesuai kehendak Sang Khalik demi kebahagiaan dunia dan akherat kita, Allah SWT berfirman dalam Surah An-Nisa' 69 yang artinya : "Dan barangsiapa yang menta'ati Allah dan Rasul-Nya, mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi ni'mat Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiqin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang shaleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya."

Dan juga dalam Surah An-Nahl 97 yang artinya : "Barangsiapa yang mengerjakan amal shaleh baik laki-laki maupun perempuan, dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan."

Faedah Mempelajari Aqidah Islamiyah
Karena Aqidah Islamiyah bersumber dari Allah yang mutlak, maka kesempurnaannya tidak diragukan lagi. Berbeda dengan filsafat yang merupakan karya manusia, tentu banyak kelemahannya. Makanya seorang mu'min harus yakin kebenaran Aqidah Islamiyah sebagai poros dari segala pola laku dan tindakannya yang akan menjamin kebahagiannya dunia akherat. Dan merupakan keserasian antara ruh dan jasad, antara siang dan malam, antara bumi dan langit dan antara ibadah dan adat serta antara dunia dan akherat. Faedah yang akan diperoleh orang yang menguasai Aqidah Islamiyah adalah :

1. Membebaskan dirinya dari ubudiyah / penghambaan kepada selain Allah, baik bentuknya kekuasaan, harta, pimpinan maupun lainnya.
2. Membentuk pribadi yang seimbang yaitu selalu kepada Allah baik dalam keadaan suka maupun duka.


3. Dia merasa aman dari berbagai macam rasa takut dan cemas. Takut kepada kurang rizki, terhadap jiwa, harta, keluarga, jin dan seluruh manusia termasuk takut mati. Sehingga dia penuh tawakkal kepad Allah (outer focus of control).
4. Aqidah memberikan kekuatan kepada jiwa , sekokoh gunung. Dia hanya berharap kepada Allah dan ridho terhadap segala ketentuan Allah.
5. Aqidah Islamiyah adalah asas persaudaraan / ukhuwah dan persamaan. Tidak beda antara miskin dan kaya, antara pinter dan bodoh, antar pejabat dan rakyat jelata, antara kulit putih dan hitam dan antara Arab dan bukan, kecuali takwanya disisi Allah SWT.

E. Pengertian akhlaq

“Akhlak “ berasal dari bahasa Arab “Akhlaq”, yang merupakan bentuk jamak dari “khuluq”. Secara bahasa “akhlaq” mempunyai arti ‘budi pekerti, tabiat, watak’. Dalam kebahasaan akhlak sering dsinonimkan dengan moral, etika. Menurut istilah, akhlak didefinisikan oleh beberapa ahli, sebagai berikut :

Prof.Dr.Ahmad Amin mendefinisikan akhlak sebagai kehendak yang biasa dilakukan. Ibnu Maskawaih mengemukakan definisi sebagai berikut :

Perilaku jiwa seseorang yang mendorong untuk melakukan kegiatan-kegiatan tanpa melalui pertimbangan (sebelumnya).
Al-Ghazali memeberikan definisi, akhlak adalah segala sifat yang tertanam dalam hati, yang menimbulkan kegiatan-kegiatan dengan ringan dan mudah tanpa memerlukan pemikiran sebagai pertimbangan.

Dari definisi-definisi tersebut ada kesamaan dalam hal :
• Bahwa akhlak berpangkal pada hati, jiwa atau kehendak ; kemudian
• Diwujudkan dalam perbuatan sebagai kebiasaan (bukan perbuatan yang dibuat-buat, tetapi sewajarnya).
AKHLAK

Akhlak merupakan kehendak dan perbuatan seseorang, maka akhlak bersumber dari bermacam-macam acuan, bergantung pada lingkungan, pengetahuan, atau pengalaman orang tersebut. Dari bermacam-macam sumber tersebut dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu :

Akhlak yang bersumber pada agama ada dua coraknya, yaitu akhlak yang bersumber pada agama samawi dan akhlak yang bersumber pada agama ardli.

Akhlak yang bersumber bukan pada agama (sekuler) pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :

• Insting : semacam suara hati kecil (naluri) yang secara spontan dapat membedakan baik dan buruk.
• Pengalaman pada garis besrnya dapat dibedakan menjadi :

adat istiadat yang mana pada dasarnya merupakan sumber akhlak yang merupakan pengalaman manusia. Akan tetapi dalam praktek kehidupan manusia, ada adat istiadat yang secara kebetulan tidak bertentangan dengan ajaran agama, dan ada pula yang bertentangan dengan ajaran agama.

mazhab evolusi berpangkal dari teori Darwin, yang menyatakan bahwa dalam kehidupan ini akan terjadi seleksi secara ilmiah. Dimana kebaikan dan keburukan bukanlah sesuatu yang statis. Dengan dasar ini, dapat dikatakan bahwa manusia yang maju, berpengetahuan dan berteknologi tinggi, maka akhlaknya akan lebih sempurna dan lebih tnggi.

mazhab hedonisme (paham egoistik hedonisme dan paham universalistik hedonisme)
Akhlak dalam kehidupan manusia merupakan factor yang sangat penting dalam Islam. Oleh karena itu sumber ajaran Islam tidak luput memuat akhlak sebagai sisi penting dalam kehidupan manusia. Manusia diciptakan Allah untuk menjadi khalifah Allah diatas bumi yang memiliki tugas teramat mulia dari Allah SWT., yaitu menciptakan kemaslahatan dimuka bumi. Dengan berpedoman pada bimbingan Allah manusia dapat selamat menempuh kehidupan dengan tugasnya yang amat berat. Berdasarkan pada pengertian tersebut maka diutusnya Nabi Muhammad SAW. untuk membangun keseimbangan dan keserasian kehidupan manusia, sedangkan risalah Muhammad SAW. tidak lain adalah menyempurnakan akhlak manusia yang mulia. Maka dapat dikatakan bahwa akhlak menghendaki keserasian dan keseimbangan hidup, agar terjadi kemaslahatan dimuka bumi. Sebagaimana disabdakan Rasulullah SAW. :

Artinya : “ Bahwasanya aku diutus Allah SWT. untuk menyempurnakan akhlak mulia (HR. Ahmad)”.

Dalam Islam akhlak bersumber pada Al-Quran dan As-Sunnah yang mengingatkan pentingnya tugas manusia dimuka bumi ini. Akhlak dapat menciptakan keserasian hubungan antara manusia dengan Allah, manusia dengan manusia, dan antara manusia dengan lingkungannya. Serta akhlak merupakan faktor utama dalam keseimbangan hubungan dalam kehidupan, maka derajat seseorang tergantung pada akhlaknya.

Membangun manusia berakhlak mulia berarti menegakkan fitrah manusia yang berkedudukan tinggi. Jika kita tidak berupaya menegakan agar manusia berakhlak mulia, berarti kita menentang fitrah manusia itu sendiri. Manusia secara fitrah berkecendrungan untuk membuat kebijakan, mengakui adanya kekuasaan yang lebih yang memepunyai segala aturan untuk kemaslatan umat manusia. Dalam ajaran islam semua itu telah ditegaskan.

Kesimpulan :
Pendidikan akhlak tidak lain bertujuan untuk membangun perilaku manusia yang sesuai dengan tuntunan Al-Quran, mengingat pentingnya tugas manusia dimuka bumi ini.

Saran :
Segala tindakan manusia pada dasarnya berpangkal pada kehendak batinya. Maka manusia hendaknya dilatih untuk mengontrol batinnya. Oleh karena itu betapa pentingnya melatih pengendalian diri kita agar terbiasa untuk tidak tergoda melakukan kegiatan-kegiatan yang menyimpang dari tuntunan Al-Quran, dan terbiasa pula berkehendak untuk berbuat kebajikan dan kemaslatan umat sesuai dengan tuntunan Al-quran.



DAFTAR PUSTAKA
Nata, Abuddin, Dr. H. MA. Metodelogi studi Islam PT. Raja grafindo persada. Jakarta.

silahkan download filenya : pengertian agama islam.doc
Anda baru saja membaca artikel yang berkategori Kumpulan Makalah / Pendidikan Islam dengan judul PENGERTIAN AGAMA ISLAM. Anda bisa bookmark halaman ini dengan URL http://paper-makalah.blogspot.com/2010/06/pengertian-agama-islam.html. Terima kasih!
Ditulis oleh: Unknown -

Belum ada komentar untuk "PENGERTIAN AGAMA ISLAM"

Post a Comment

TULIS DISINI....