Konsep Manajemen
Manajemen adalah kekuatan utama dalam organisasi mengatur atau mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan sub-sub sistem dan menghubungkannya dengan lingkungan. Manajemen merupakan suatu proses di mana sumber-sumber yang semula tidak berhubungan satu dengan lainnya lalu diintegrasikan menjadi suatu sistem menyeluruh untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi. Manajer bertanggung jawab mengintegrasikan unsur-unsur manusia, mesin dan uang dan lain-lain menjadi produktif. Manajer berupaya mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan kearah pencapaian tujuan-tujuan sistem organisasi.
1) Memperlihatkan proses-proses administratif, yang terdiri dari; perencanaan, pengorganisasian, dan pengawasan untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi.
2) Mempelajari sub sistem organisasi, yang meliputi tugas-tugas;
a. Strategi: menghubungkan organisasi dengan lingkungan, dan mendesain secara komprehensif sistem dan rencana.
b. Koordinasi: mengintegrasikan kegiatan-kegiatan di dalam organisasi
c. Operasi: melaksanakan pencapaian tujuan-tujuan secara efektif dan efisien.
Dalam melaksanakan tugas-tugas tersebut dibutuhkan sistem lingkungan, perspektif waktu, pendapat, proses umum, dan teknik membuat keputusan.
Manajemen dalam organisasi merupakan koordinasi usaha kelompok untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Koordinasi itu terutama dipengaruhi oleh : (1) melalui orang-orang, (2) lewat teknik-teknik, (3) di dalam suatu organisasi, dan (4) ke arah tujuan-tujuan. Pada pokoknya manajemen adalah proses pengintegrasian sumber-sumber manusiawi dan material ke dalam suatu sistem keseluruhan untuk mencapai tujuan.
Sistem manajerial, adalah alat yang mempertalikan subsistem-subsistem primer dalam organisasi, yang terdiri dari lingkungan supra sistem, teknologi, dan sistem psikososial. Lingkungan supra sistem menyediakan keadaan atau suasana di mana organisasi berfungsi. Teknologi secara langsung dihubungkan dengan struktur organisasi. Psikososial menyediakan internal atmosphere bagi operasi-operasi harian. Jadi peranan utama sistem manajerial adalah mengintegrasikan kegiatan-kegiatan ke arah pencapaian tujuan-tujuan organisasi.
Pendekatan Untuk Mempelajari Sistem Manajerial
Kegiatan untuk mempelajari sistem manajerial dapat dilakukan dengan cara : (1) menganalisis peranan manajer dalam bermacam-macam keadaan institusional; (2) melakukan analisis secara rinci terhadap proses manajemen.
Cara pertama, ialah melakukan analisis perbandingan dan mempertentangkan peranan manajerial sesuai dengan fungsi-fungsi dalam berbagai organisasi, seperti organisasi Perusahaan, Pemerintahan, Lembaga Pendidikan, dan sebagainya. Dengan cara ini akan diperoleh informasi yang berharga tentang penyebaran dan universalitas tentang sistem manajerial. Cara kedua, mempelajari proses manajemen sesuai dengan tahap-tahap pada fungsi-fungsi manajemen, yakni: perencanaan, assembling resources, pengorganisasian, motivasi dan kontrol; atau dapat disederhanakan menjadi perencanaan, pengorganisasian, dan kontrol; atau lebih disederhanakan lagi, yakni perencanaan dan pelaksanaan (implementasi).
Pembuatan keputusan adalah proses yang fundamental dalam sistem manajerial, karena merupakan tingkah laku manusia yang mendasar, yang senantiasa terarah ke tujuan tertentu. Tingkah laku manusia itu merupakan urutan daripada langkah-langkah pembuatan keputusan berdasarkan pilihan dari berbagai alternatif. Pembuatan keputusan dalam organisasi dilakukan pada tahap-tahap perencanaan, pengorganisasian, dan kontrol (pengawasan).
Konsep Sistem Perencanaan
Perencanaan adalah proses manajerial dalam menentukan apa yang akan dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya. Dalam perencanaan digariskan tujuan-tujuan yang akan dicapai dan dikembangkan pula program kerja untuk mencapai tujuan-tujuan itu. Perencanaan diperlukan oleh suatu organisasi, karena:
a. Berguna dalam rangka menghadapi masa depan yang dapat dikatakan belum tentu kepastiannya,
b. Organisasi senantiasa beroperasi dalam lingkungan yang selalu berubah,
c. Yang membutuhkan penyesuaian dan inovasi secara berkesinambungan, yang berbarengan dengan,
d. Kemajuan teknologi terhadap organisasi, sehingga,
e. Perencanaan itu sangat berguna bagi sang manajer dalam mengendalikan organisasi yang dipimpinnya.
Ini berarti, bahwa perencanaan pada hakikatnya merupakan integrasi kegiatan secara komprehensif dengan memaksimalkan seluruh efektifitas suatu organisasi sebagai suatu sistem menyeluruh untuk mencapai tujuan-tujuannya.
Perencanaan sebagai kerangka bagi suatu sistem integrasi keputusan, melalui langkah-langkah sebagai berikut :
(1) Menilai keadaan politik, ekonomi, persaingan dan teknologi yang akan datang.
(2) Menjejaki nilai-nilai, minat, aspirasi, baik dari manajer maupun dari para anggota.
(3) Menggambarkan peranan sosio-ekonomi yang diinginkan dalam lingkungan untuk masa depan.
(4) Menganalisis sumber-sumber dan kemampuan-kemampuan organisasi untuk melaksanakan peranan-peranan yang diinginkan itu.
(5) Menggariskan strategi masa depan.
(6) Mengembangkan tujuan-tujuan khusus sesuai dengan rencana strategi.
(7) Menjabarkan perencanaan secara rinci dan kontrol penggunaan sumber-sumber.
(8) Menyediakan sumber komunikasi dan informasi.
(9) Menggariskan sistem informasi umpan balik dan kontrol untuk menentukan kemajuan yang telah dicapai dan masalah-masalah yang timbul dan perlu diperhatikan.
Perencanaan disusun dalam tahapan-tahapan sebagai berikut :
(1) Penyusunan keseluruhan tujuan, terus
(2) Mengembangkan rencana strategis, kemudian
(3) Mengembangkan rencana tingkat menengah, dan akhirnya
(4) Mengembangkan rencana operasional.
Tujuan organisasi yang dirumuskan secara jelas dan rencana strategi yang tepat akan membantu penyusunan rencana yang sistematik pada tingkat terendah (operasional). Perumusan tujuan secara operasional sangat berguna atau bermanfaat dalam hal :
a. Sebagai dasar untuk mengintegrasikan perencanaan dan bermacam-macam kegiatan unit operasional.
b. Sebagai dasar perencanaan yang lebih khusus dalam rangka pendelegasian tugas-tugas dan desentralisasi pelaksanaan rencana kerja.
c. Sebagai standard tingkah laku yang mesti dilaksanakan oleh semua tenaga yang terlibat dalam organisasi.
d. Sebagai fungsi kontrol untuk mengetahui hingga mana rencana telah dilaksanakan, hambatan-hambatan apa yang dihadapi, dan sebagainya.
e. Sebagai dasar motivasi bagi personal dalam melaksanakan kegiatan untuk mencapai prestasi kerja optimal.
Perencanaan memiliki sifat multidimensional, yakni:
1) Repetiveness (yang disebut standing plans) dan non repetiveness (single use plans)
2) Time span : perencanaan jangka panjang, menengah dan jangka pendek.
3) Scope: rencana komprehensif dan rencana strategis
4) Steiner: perencanaan strategis, program jangka menengah dan jangka pendek yang disertai dengan rencana biaya yang rinci.
5) Subsistem: subsistem strategis, subsistem koordinatif, dan subsistem operasional.
6) Flexibility: ada rencana yang kaku (misal: Cook’s planning approach), dan ada rencana yang memiliki banyak alternatif (seperti: Lewis and Clark planning approach).
Suatu model perencanaan terdiri dari :
1) Perencanaan Strategis: yang dikembangkan oleh manajemen yang lebih tinggi, yang berjangka panjang.
2) Perencanaan Medium: yang dikembangkan oleh koordinasi subsistem, berjangka sedang, ruang lingkupnya fungsional dan relatif lebih menetap.
3) Perencanaan Jangka Pendek: yang dikembangkan dalam subsistem operasional, berjangka pendek, ruang lingkup dan kegiatannya terbatas, lebih pasti (fixed) dan terinci.
Pendekatan sistem menitikberatkan pada integrasi kegiatan-kegiatan pada fungsi manajerial: perencanaan, pelaksanaan (action) dan kontrol, yang satu dengan lainnya tak dapat dipisah-pisahkan.
Konsep Sistem Organisasi
Bentuk organisasi yang utama dan yang paling sederhana adalah keluarga, yang kemudian berkembang menjadi suku, desa, bangsa, negara. Selain dari itu, juga terjadi evolusi organisasi-organisasi yang tadinya bersifat informal kemudian menjadi organisasi-organisasi yang bersifat formal. Pada abad terakhir ini telah berkembang organisasi-organisasi yang lebih luas dan lebih kompleks. Dewasa ini organisasi yang besar dan kompleks itulah yang lebih menonjol sesuai dengan kebutuhan, baik secara profesional maupun secara praktis. Perubahan evolutionistic ini terjadi pula pada standard, norma, di samping penyesuaian-penyesuaian juga terjadi konflik antar nilai-nilai tersebut.
Organisasi bisnis, tujuan utamanya adalah produksi dan distribusi material serta jasa. Ciri-cirinya adalah:
a. Terjadi pertumbuhan dalam luasnya organisasi, yakni pertumbuhan menjadi kompleks melalui interaksi vertikal dan interaksi horizontal
b. Beroperasi secara multi nasional, dalam arti melakukan ekspansi internasional dalam sistem sosio kultural yang baru
c. Struktur organisasi lebih cenderung ke arah spesialisasi bagi para karyawannya sebagai akibat mekanisasi dan perkembangan manajemen
d. Terdapat diversitas tujuan-tujuan individual dalam unit-unit organisasi, dan kemudian diperlakukan pula bermacam-macam subsistem.
e. Organisasi menjadi lebih dinamis ke arah tuntutan-tuntutan lingkungan beroperasinya organisasi tersebut.
f. Tuntutan lingkungan menyebabkan perubahan dalam organisasi, organisasi menjadi bagian integral dari masyarakat, dan terdapat kekuatan yang dapat menghambat dan merubah peranan organisasi.
Organisasi tradisional, menekankan pada struktur organisasi, hubungan hirarkis, otoritas, spesialisasi dan span of control, serta garis hubungan staf. Konsep tradisional ini dirubah secara substansi oleh pandangan Behavioristik, yang lebih mengutamakan kebutuhan pribadi dan sosial para anggota organisasi. Model behavioral adalah permulaan dari konsep organisasi sebagai sistem keseluruhan yang mengarahkan dan menuntun individu-individu, kelompok-kelompok informal, hubungan-hubungan intergroup dan struktur formal.
Menurut pandangan modern, organisasi adalah suatu sistem yang terdiri dari bagian-bagian atau variabel yang saling bergantungan secara timbal balik suatu regu sosial dalam sistem masyarakat yang lebih luas. Organisasi adalah suatu sistem sosio-teknik yang berstruktur dalam hubungan interaksi dengan lingkungan. ‘Ia’ menerima input dalam bentuk tenaga, informasi materi dari lingkungannya dan mengembalikannya dalam bentuk output kepada lingkungan. Dalam organisasi terdapat banyak subsistem sebagai komponen-komponen utama, seperti: tujuan-tujuan dan nilai-nilai, subsistem teknik, subsistem psikososial, subsistem struktural dan subsistem manajerial. Fungsi manajerial dalam keseluruhan organisasi dalam hubungan dengan lingkungannya adalah: menentukan tujuan, perencanaan, pengorganisasian, dan kontrol atas kegiatan-kegiatan tertentu organisasi tersebut. Jadi organisasi modern menganut pendekatan sistem. Karena itu perlu dicari pola hubungan dan sistem desain organisasi yang dapat memenuhi tuntutan-tuntutan variabel, baik dalam internal subsistem maupun dalam lingkungan eksternal.
Komponen-Komponen Organisasi
Suatu organisasi meliputi tiga komponen (subsistem), yakni: operasi, koordinasi, dan strategi. Komponen operasi bertalian dengan kegiatan-kegiatan substantif yang terdiri dari input-proses-output. Manajemen terhadap kegiatan ini memerlukan banyak keputusan dan dalam waktu yang relatif pendek. Komponen strategi bertalian dengan batas antara organisasi dan lingkungannya, dalam waktu yang panjang dan memerlukan pembuatan keputusan yang bermutu dan penuh pertimbangan. Komponen koordinasi merupakan integrasi antara kedua komponen/subsistem sebelumnya dalam waktu jangka pendek dan jangka panjang.
Konsep Sistem Kontrol
Kontrol adalah fungsi dari sistem yang mengadakan penyesuaian dalam hubungan konfirmasi terhadap rencana, sejalan dengan sistem tujuan-tujuan. Kontrol dijalankan melalui jalinan jalannya informasi yang relevan.
Sistem kontrol memiliki unsur-unsur: kondisi atau controlled characteristic yakni suatu ciri atau kondisi yang dikontrol, sensor yakni suatu ciri atau kondisi, comparator yakni individu atau unit alat yang membandingkan pengukuran dengan rencana atau ukuran, activator yakni individu atau unit atau mekanisme yang mengarahkan tindakan terhadap perubahan dalam sistem pelaksanaan.
Informasi adalah medium daripada kontrol, sebab memberikan data sensoris dan informasi korektif terhadap sifat atau kondisi dari sistem yang akan dikontrol. Kontrol dilakukan terhadap hal-hal tertentu saja (selected item) yang berhubungan dengan tujuan-tujuan yang akan dicapai dalam sistem operasi. Informasi yang diperbandingkan dengan sistem standard perlu dinyatakan dalam satu bahasa. Sebaiknya dilakukan dengan prosedur sampling. Antara rencana dan output information diukur dengan norma-norma tertentu untuk menentukan tingkah laku yang diharapkan, sehingga dapat dilihat apakah rencana itu fleksibel atau tidak. Unit reactor merespon terhadap informasi yang diterima dari comparator dan kemudian melakukan pekerjaan korektif. Apakah dipergunakan “machine to machine system” maka output korektif itu disusun dalam network, atau kalau menggunakan man to man system, maka individu harus menilai ketepatan dari feedback information, signifikansi variasi, maknanya bagi stabilitas.
Kontrol diklasifikasikan menjadi tiga kategori: (1) Kontrol terbuka atau tertutup, (2) Kontrol manusia atau mesin, (3) Kontrol organisasi atau operasional.
Dalam sistem tertutup semua unsur menjadi bagian integral dari sistem. Sistem kontrol sudah diidentifikasikan dari pada kontrol dengan manusia, dan biasanya memang sistem kombinasi manusia-mesin. Dalam kontrol organisasi, diperhatikan apakah sistem disain telah aktif dan efisien. Sedangkan kontrol operasional, ialah untuk mengukur output harian.
Masalah yang dihadapi dalam kontrol, ialah: (a) sulitnya mengukur output yang bersifat subjektif dan pengaruh faktor-faktor psikologis dan sosiologis yang bersifat kualitas, (b) terjadi kekeliruan data sehingga mempersulit pertimbangan, (c) masalah salahnya ukuran yang dipergunakan terhadap apa yang diharapkan.
Konsep Sistem Informasi
Informasi adalah merupakan fakta, data dan pengetahuan. Fakta adalah sesuatu yang terjadi di dalam dunia nyata. Data adalah fakta-fakta yang diperoleh dari penelitian empiris. Sedangkan pengetahuan adalah fakta-fakta atau data yang dikumpulkan dengan cara tertentu. Informasi berguna dalam menjelaskan sesuatu keadaan yang tidak pasti dan berguna dalam rangka membuat keputusan.
Teori informasi atau teori matematis dari komunikasi merupakan alat yang sangat penting untuk mempelajari bermacam-macam sistem. Teori informasi terbagi menjadi tiga daerah yang penting: sistem komunikasi, teori matematik dan bermacam-macam pertimbangan yang digunakan dalam ilmu alam dan biologi. Teknologi informasi adalah penggunaan pengetahuan terhadap pelaksanaan tugas-tugas organisasi, misalnya dalam rangka mentransformasikan input menjadi output.
Informasi ditransmisikan melalui proses komunikasi, komunikasi dapat diartikan dengan pengiriman dan penerimaan, idea, dan sikap. Bentuknya secara langsung (interpersonal relationship atau dengan cara tidak langsung dengan
Sistem informasi keputusan dalam organisasi dapat dikembangkan, baik dalam pola sistem yang natural atau informal. Organisasi disusun di sekitar sistem information flow. Di dalam sistem information keputusan yang menyeluruh yang telah disusun, maka fungsi-fungsi perencanaan dan kontrol memegang peranan yang penting.
Sistem konsep sangat penting di dalam penyusunan jalannya informasi. Keseluruhan sistem terdiri dari subsistem-subsistem daripada proses komunikasi yang disajikan sebagai aliran informasi melalui proses-proses keputusan. Proses-proses tersebut disusun dalam kerangka yang integral, yakni dalam sistem manajemen sistem informasi-informasi.
Manajemen sistem informasi (MIS), adalah manajemen yang mengatur hubungan antara sistem informasi dengan tugas-tugas managerial, yakni dengan : subsistem strategi yakni yang terutama berkenaan dengan perencanaan dan kontrol yang komprehensip; subsistem operasi, yang terutama berkenaan dengan perencanaan dan kontrol secara taktis; dan subsistem koordinasi, yang berkenaan dengan sistem pengintegrasian unit-unit fungsional yang berbeda-beda menjadi kegiatan-kegiatan yang menghubungkan subsistem operasi dan strategi. Data processing berhubungan dengan MIS. Data yang diolah ini bersumber dari luar, (seperti: sumber manusia, sumber dokumenter dan sumber fisik) dan dari dalam (bersumber dari personal, pemasaran, produksi, penemuan keuangan, dan lain-lain, yakni data yang berasal dari fungsi-fungsi organisasi).
Implikasi Konsep-Konsep Manajemen dalam Manajemen Pendidikan
Manajemen pendidikan sebagai suatu sistem seyogyanya mengandung dua dimensi yang konsisten dan saling terkait, yakni dimensi yang berdasarkan konsep-konsep manajemen dan dimensi yang berdasarkan pada konsep-konsep pendidikan. Dengan kata lain, pengembangan suatu sistem manajemen pendidikan hendaknya berupaya memadukan kedua dimensi itu. Dalam hal ini dimensi penerapan konsep-konsep manajemen dalam manajemen pendidikan lebih mendapat perhatian kita sesuai dengan pokok bahasan yang disoroti dalam bab ini.
Perencanaan Pendidikan
Perencanaan pendidikan disusun secara bertahap, yang meliputi:
1) Perencanaan pendidikan yang menyeluruh yang berskala nasional untuk mencapai tujuan pendidikan nasional sesuai dengan rumusan tujuan pendidikan nasional yang telah digariskan dalam sistem pendidikan nasional. Perencanaan pada tahap ini menjadi dasar dalam rangka penyusunan perencanaan pendidikan jangka panjang.
2) Perencanaan pendidikan jangka panjang, misalnya untuk jangka selama satu pelita. Perencanaan ini tergolong sebagai perencanaan pendidikan bertingkat strategis.
3) Perencanaan pendidikan tingkat medium yang berjangka sedang dalam jangka waktu yang relatif pendek misalnya untuk jangka satu tahun atau dua tahun pertama dari pelita.
4) Perencanaan pendidikan bertingkat operasional, yang berjangka pendek, misalnya dalam jangka satu tahun/2 tahun semester. Perencanaan pendidikan ini umumnya dilaksanakan pada tingkat wilayah dan kelembagaan pendidikan.
Organisasi Pendidikan
Implikasi konsep sistem organisasi sebagaimana telah dikemukakan dalam uraian di atas, mengandung implikasi tertentu dalam rangka pengembangan pendidikan. Suatu sistem organisasi pendidikan yang lengkap dan menyeluruh memiliki tiga sub sistem, yakni strategi, operasi dan koordinasi. Komponen-komponen ini terdapat pada tiap jenjang pendidikan, baik pada tingkat program maupun pada tingkat kelembagaan pendidikan.
Pengorganisasian program pendidikan nasional terdiri dari tiga jenjang, yakni tingkat pusat, tingkat propinsi, dan tingkat Kotamadya/Kabupaten. Masing-masing jenjang organisasi program pendidikan tersebut ketiga komponen (strategi, operasi dan koordinasi).
Ketiga jenjang organisasi program harus mengandung komponen strategi yakni berdasarkan dan berinteraksi dengan lingkungan di mana program itu berada, yang meliputi kebudayaan, sistem nilai, kependudukan, ekonomi, dan sebagainya. Perbedaan derajat lingkungan menentukan kadar interaksinya dengan tiap jenjang organisasi program bersangkutan.
Ketiga jenjang organisasi program juga memiliki komponen operasi, yakni kegiatan-kegiatan substantif pada kategori input (misalnya: target populasi, ketegasan, siswa, sumber biaya, peralatan, dan sebagainya), proses (misalnya: kurikulum, sistem instruksional, media, evaluasi), output (yakni para lulusan baik kualitas maupun kuantitas). Kegiatan-kegiatan tersebut sudah tentu berbeda pada tiap jenjang organisasi.
Komponen koordinasi juga terdapat pada tiap jenjang organisasi program, yang memadukan antara komponen strategi dan komponen operasi, dalam jangka panjang dan jangka pendek. Dengan koordinasi ini akan tercipta keseimbangan dan kesamaan tindakan dan arah kegiatan organisasi program dalam upaya mencapai tujuan program pendidikan pada masing-masing jenjang keorganisasiannya. Dengan demikian, kegiatan organisasi jangka pendek senantiasa berada dalam kerangka organisasi program jangka panjang.
Kontrol (Pengawasan) Pendidikan
Fungsi kontrol (pengawasan pendidikan) sangat pending, karena erat kaitannya dengan pelaksanaan dan hasil yang diharapkan oleh sistem pendidikan. Peranan dan kategori kontrol yang telah dikemukakan secara singkat dalam uraian di muka, kiranya mengandung implikasi tertentu terhadap sistem kontrol/pengawasan pendidikan.
1) Fungsi kontrol pendidikan tetap mengacu dalam tiga hal, yakni berfungsi sebagai sensor, komparator, dan activator. Pada fungsi sensor, kontrol pendidikan itu mendayagunakan rencana pendidikan sebagai ukuran yang dimaksudkan untuk mengukur pelaksanaan dan keberhasilan suatu rencana pendidikan.
Pada fungsi komparator bermaksud membandingkan antara hasil pengukuran dan perencanaan pendidikan yang telah dikembangkan sebelumnya. Fungsi activator dimaksudkan untuk mengarahkan tindakan manajerial bilamana terjadi suatu perubahan dalam pelaksanaan sistem pendidikan. Dengan demikian fungsi-fungsi tersebut erat kaitannya dengan kelancaran jalannya roda organisasi pendidikan, dan ketercapaian hasil pelaksanaan sistem pendidikan sesuai dengan jenjangnya.
2) Sistem kontrol pendidikan juga dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Apakah kontrol itu dilakukan secara terbuka atau secara tertutup? Kontrol yang dilakukan secara terbuka berarti dapat melibatkan semua orang di lingkungan organisasi dan konsekuensinya semua informasi perlu ditampung dan diperhatikan. Kontrol secara tertutup keterlibatan hanya dibatasi pada pihak-pihak terkait saja dan umumnya tidak menyelusuri semua dimensi organisasi pendidikan. Kedua cara ini sesungguhnya dapat dilakukan secara berbarengan.
b. Apakah kontrol pendidikan dilakukan oleh manusia atau oleh mesin (alat elektronik misalnya). Sistem manajemen pendidikan yang telah berkembang dewasa ini memungkinkan penggunaan kedua sistem tersebut, yakni dilakukan oleh manusia dan menggunakan alat yang canggih.
c. Apakah kontrol dilaksanakan terhadap efektivitas dan efisiensi organisasi atau terhadap hasil operasionalisasi sistem pendidikan. Kedua bentuk kontrol tersebut seyogyanya dilaksanakan dalam sistem manajemen pendidikan, karena pada dasarnya antara kegiatan organisasi pendidikan dan keberhasilan yang dicapai dalam pelaksanaan harian bersifat saling terkait dan oleh karenanya perlu dilaksanakan secara berkesinambungan.
Sistem Informasi Pendidikan
Sistem manajemen pendidikan membutuhkan sistem informasi yang harus dikelola secara baik. Kebutuhan informasi ini terasa setiap saat di mana terjadi proses pendidikan, sebab dalam proses pengelolaan itu senantiasa diperlukan data yang akurat, yang dikumpulkan dan disimpan secara akurat pula. Itu sebabnya perlu diatur sistem manajemen informasi yang khusus relevan dengan tuntutan dan permintaan sistem pendidikan.
Kebutuhan informasi tersebut telah mulai terasa sejak adanya studi kelayakan, selanjutnya pada tahap perencanaan, pelaksanaan dan tahap pengujian keberhasilan pendidikan. Jadi pada hakikatnya setiap fungsi manajemen pendidikan dibutuhkan informasi untuk pembuatan keputusan. Dalam hubungan inilah konsep-konsep sistem informasi yang telah dikemukakan secara ringkas dalam uraian di muka memiliki implikasi tertentu terhadap manajemen sistem informasi pendidikan.
Belum ada komentar untuk "KONSEP MANAJEMEN PENDIDIKAN"
Post a Comment
TULIS DISINI....